Menghadapi Dosen Killer
Menurut saya pribadi DOSEN itu hanya sekedar profesi, sedangkan
orangnya manusia biasa. Akan tetapi, profesi dosen itu ya kayak guru yang udah
ngedapetin gelar pahlawan tanpa tanda jasa, sehingga pemilik profesi ini
cenderung mendapat status kemuliaan di tengah masyarakat. Bener ga tuh .
.hahahhaha. .
Sayang, status kemuliaan tersebut sering dipahami secara berlebihan oleh
kita-kita para Mahasiswa ( apa’a neh yang maha? Gagagggag ), terutama di
lingkungan kampus. Ga jarang dosen mengekspresikan status kemuliaan mereka
sebagai pendidik secara berlebihan.
Ada tuh sebagian dosen yang nerapin standar tertentu dalam memperlakukan
mahasiswa. Repotnya, ada yang yang menerapkan standar ganda, berlaku tidak
adil. Realitas inilah yang berpotensi memunculkan dosen killer. Gazwat
bgd dah. . .
Ada nih sebuah kasus, seorang mahasiswa yang terbilang rajin kuliah,
otaknya pun terbilang encer, dan pola berpikirnya sangat kritis, mendapat nilai
D pada sebuah mata kuliah. Tahun berikutnya dia mengulang ujian, ternyata
hasilnya tetap D. Padahal, mahasiswa itu jarang mendapat nilai C pada mata
kuliah lain. (yang ngerasa musti bangga nih, coz dya uda dimasukin jadi contoh
kasus .. jarang2 lho ...hahahaha)
Ketersinggungan
Usut punya usut, ternyata mahasiswa itu pernah melakukan kesalahan terhadap
dosen pengampu mata kuliah tersebut. Kesalahannya sebenarnya sih sepele, si
Mahasiswa pernah ngotot ngelontarin pertanyaan kritis, tapi dosen ga mau
ngejawab dengan alasan pertanyaan tersebut di luar konteks materi yang sedang
dibahas. Tapi emang dasar penasaran si mahasiswa itu tetep aja ngedesak si
dosen supaya mau ngejawab pertanyaannya. Berhubung dosen berkeras hati ga mau
ngejawab,si mahasiswa pun gamau ngalah, suasana berubah menjadi perdebatan
panas. (ampe yg ngeliatin aja ikutan panas . .kalo saya pribadi cukup garuk2
kpala. . hahahha)
Entah siapa yang bener. Mahasiswa itu ga pernah menduga bahwa kekritisannya
waktu itu akan menyulitkan dirinya di kemudian hari. Dosen sulit melupakan
ketersinggungannya atas sikap mahasiswa yang mungkin dinilai sok pintar dan ga
tau sopan santun, sehingga cukuplah diberi nilai D. Daripada dikasih nilai E.
.. .kesian emak’a dikampung nangis2 ntar .. .
Dosen yang kyk gitu tu yang pantes dibilang killer, yaitu dosen yang
sulit memaafkan mahasiswa? Banyak lagi contoh kasus ''tegangan tinggi'' (waduw
jgn negatif yee. . .) antara mahasiswa dan dosen killer. Kasus-kasus kyk
gini biasanya baru terselesaikan setelah mahasiswa memohon maaf.
Bagi mahasiswa, berhadapan dengan dosen killer memang serba gaenak.
kalo kurang hati-hati, kelepasan ngomong dikit aja bisa jadi berabe.
Belum lagi segi-segi lain; dosen killer cenderung ga bisa melihat
kesalahan mahasiswa, menuntut semua mahasiswa perfeksionis: ga pernah absen, ga
pernah lalai ngerjain tugas, and satu lagi yakni ga bikin gara-gara yang bisa
berbuntut ketersinggungan.
Manusia Biasa
Meski begitu, kita ga perlu shock menghadapi dosen killer ini.
Berusaha aja memahami karakteristiknya. Cara paling efektif yaa menggali saran
dan nasihat dari kakak-kakak tingkat tentang karakter dosen itu. Juga kiat-kiat
jitu menghadapinya.
Ya, karakter dosen memang beda-beda. Maka’a, dibutuhin strategi yang
beda-beda juga untuk menaklukkan mereka. Namun prinsipnya, semua dosen pasti
seneng dihargai, dihormati, dan diperhatikan dengan antusias saat mengajar.
Selain itu, dosen seneng ama mahasiswa yang rajin melontarkan pertanyaan
cerdas dan kritis, tapi bukan pertanyaan yang bertendensi menyangkal untuk
memojokkan dosen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar